Sabtu, 14 Mei 2011

Ozon Menipis Lagi, Nyaris Berlubang di Kutub Utara.. Apakah Pemanasan Global Seperti Yang Di Prediksi Al Gore Memang Benar?



Hallo para pecinta blog wrong dimension, kemaren 1 hari penuh kita tidak bisa masuk ke blogger juga tidak bisa komentar, banyak teman-teman yang mengeluh postingan terakhir mereka hilang. Mungkin blogger lagi melakukan pembersihan kali ya,, hehehe langsung saja kita lihat postingan kali ini…





Ozon terus menipis, bahkan nyaris berlubang di Kutub Utara. Penurunan temperatur stratosfer yang jadi penyebab.

Penyebab terbentuknya lubang ozon ada tiga, menurut Profesor Ross Salawitch, ahli kimia dan biokimia dari University of Maryland, yang mempelajari kandungan zat kimia di atmosfer. Ketiganya adalah sinar matahari, halogen, dan temperatur rendah.

Saat temperatur turun melebihi ambang batas, awan terbentuk di stratosfer. Halogen, khususnya polutan, seperti klorin dan brom, berubah menjadi senyawa kimia yang bereaksi dengan cepat di ozon. "Semua berubah drastis," kata Salawitch.

Tahun ini sistem angin kutub yang dikenal dengan nama "pusaran kutub" sangat tenang dan stabil. Hal itu berperan dalam menurunkan temperatur di daerah Kutub Utara. Penurunan drastis ini, jika terjadi di Kutub Selatan, dipastikan bisa membentuk lubang ozon karena lapisan ozon di sana lebih tipis daripada di Kutub Utara.

Saat ini pusaran angin sudah menghilang dan udara dari luar Kutub Utara yang lebih hangat bisa masuk dan memperbaiki lapisan ozon.

Jika ozon berlubang, semakin banyak radiasi ultraviolet yang mencapai bumi yang bisa memicu penyakit kulit. Dengan lapisan ozon yang semakin tipis saja orang berkulit sensitif akan semakin mudah terbakar sinar matahari.


Bukan hanya yang di atas saja dampaknya akan kita rasakan, tetapi masih banyak lagi dampak yang akan muncul apabila ozon benar-benar berlubang,, nah sekarang mari kita lihat contoh suatu kota yang ozonnya sudah berlubang.


Punta Arenas

Suatu hari. Di kota yang terletak paling selatan di planet bumi itu, para penduduknya terlihat menggunakan kaca mata hitam, memakai topi sombrero, kemeja lengan panjang serta celana panjang dan losion pelindung kulit pada bagian tubuh yang tidak terlindung. Sementara halaman rumah mereka, sudah lama tak ditumbuhi pohon atau tanaman. Pemandangan semacam itu, sudah sembilan tahun terakhir terlihat di Punta Arenas antara bulan September-Desember setiap tahun.

Kota yang paling dekat dengan Kutub Selatan (Benua Antartika) itu, mestinya adalah kota yang bersih, sejuk dan tidak panas seperti kota-kota yang berada di garis katulistiwa dan sekitarnya. Penduduknya hanya sekitar seratus ribuan sementara kendaraan bermotor bisa dihitung dengan tangan. Masuk dalam bagian negara Amerika Latin; perbatasan bagian selatan kota itu membentang sampai ke Benua Antartika. Jika ada wilayah yang lebih jauh lagi ke arah selatan, itu pastilah wilayah para penguin. Karena itu, pemandangan penduduk yang memakai losion anti sinar matahari dan mengenakan kacamata hitam, membuat Punta Arenas menjadi aneh.

Namun hilangkan rasa aneh itu. Punta Arenas menjadi perhatian dunia karena lubang ozon terlihat di sana. Lubang itu – oleh penduduk setempat disebut sebagai El Agujero— ukurannya bahkan sudah mencapai 29 jutakilometer persegi. Punta Arenas lalu menjadi satu-satunya daerah yang terpapar bulat-bulat sinar ultraviolet B, penerobos lubang ozon.

Diukur dengan spectroradiometer kepekatan lapisan ozon di sana sudah kurang dari 200 unit Dobson di skala pengukur ozon, atau telah menipis 200 Dobson dibanding ketipisan ozon batas normal 400 Dobson. Lubang itu, setiap saat bisa bolong sama sekali, seperti yang terjadi di Kutub Selatan. Berbeda dengan lubang ozon yang pernah dilihat di tempat lain, lubang ozon di Punta Arenas muncul setiap tahun tahun selama beberapa hari antara 1 September dan 31 Desember.

Pada periode itu setiap hari Badan Meteorologi dan Geofisika setempat menyiarkan ramalan cuaca; laporan perkembangan besarnya lubang ozon di langit mereka. Pada saat itu, keadaan biasanya lalu dinyatakan “siaga merah” dan tidak salah jika kemudian para penduduknya dianjurkan oleh pihak berwajib, agar memakai topi sombrero yang lebar tepiannya, kaca mata hitam, kemeja lengan panjang, celana yang panjang juga, dan losion pelindung kulit pada bagian badan yang tidak terlindung, kalau berada di luar rumah. Kalau tidak, risiko menderita kanker kulit sangat besar.

Untuk berjaga-jaga, agar orang tak terlambat mengetahui ambang batas ketipisan ozon, mereka memasang solar stoplight di beberapa tempat. Di perempatan jalan, pasar swalayan, dan tempat umum lainnya, tak luput dari pemasangan alat pemantau ambang batas ketipisan ozon tersebut. Bentuknya seperti jam dengan jarum yang dapat menunjuk ke warna hijau jika normal, dan berwarna merah kalau sudah gawat.

Punta Arenas bukan satu-satunya wilayah yang langitnya berlubang karena ozon. Di Teluk Mexico, lubang ozon yang disebut sebagai Zona Maut, juga pernah terlihat meski ukurannya jauh lebih kecil dibanding lubang di Punta Arenas. Lalu pada September 2002, lubang maut itu juga pernah terlihat di atas bumi sejumlah negara Asia Selatan dan Tenggara. Lubang yang dijuluki sebagai Awan Perang Asia itu berwujud awan setebal 3 kilometer dengan warna kuning keperakan dan melayang-layang di atas Burma, Bangladesh, India, Thailand dan Malaysia.

Pada 1985, para ahli dan peneliti yang diprakarsai oleh Inggris mengumumkan bahwa lapisan ozon di atas Hally Bay Antartika, telah menunjukkan adanya penipisan yang drastis. Antara 1950 sampai dengan 1970 terukur rata-rata lapisan ozon 300 Dobson. Akan tetapi pada kurun waktu antara Oktober 1978 sampai Oktober 1984 lapisan ozon terukur hingga titik terendah sampai 125t Dobson. Penipisan lapisan ozon yang drastis di Antartika disebut “lubang ozon”. Dalam citra satelit, kadar ozon yang rendah tersebut menyerupai sebuah lubang.

Seperti halnya udara dan air, lapisan ozon sangat berarti bagi manusia. Secara sederhana, ozon adalah lapisan tipis gas O3 yang secara secara alami menyelimuti permukaan bumi. Sinar matahari dibiarkan masuk namun panasnya dijebak agar tidak langsung mengenai bumi. Dari bentuknya, sinar matahari merasuki permukaan bumi pada berbagai panjang gelombang. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-700 nanometer, sinar infra merah pada panjang gelombang di atas 700 nanometer, sedangkan sinar ultraviolet pada panjang gelombang di bawah 400 nanometer.

Ada tiga macam sinar ultraviolet, yaitu UVA, UVB, dan UVC. UVA berada pada panjang gelombang yang sangat dekat dengan sinar tampak (sekitar 320-400 nanometer) dan dapat menembus lapisan-lapisan selimut bumi ini dengan mudah. UVB (270-320 nanometer) tidak bisa semudah itu melewati tameng ozon yang perkasa ini. Sebagian sinar UVB (tidak semua) dihalangi oleh ozon sehingga tidak bisa masuk untuk merusak makhluk hidup termasuk manusia. UVC (150-300 nanometer) dapat diserap hampir seluruhnya (97-99 persen) sehingga tidak menjadi masalah bagi kehidupan bumi. Jadi ozon melindungi bumi dari UVC dan sebagian UVB. Coba saja bayangkan, bagaimana jadinya tanpa ozon.

Masalahnya, kegiatan yang dilakukan manusia banyak yang tak bersahabat bahkan cenderung merusak. Misalnya pengunaan zat-zat kimia berbahaya seperti chlorofluorocarbon (CFC) atau lebih dikenal dengan Freon yang mengandung khlorin, yang banyak dipakai lemari es, AC, pembuatan busa, dan pendingin kimia. Selain CFC bahan perusak ozon (BPO) lainnya adalah halon, yang digunakan untuk pemadam kebakaran dan metil bromida yang mengandung bromin yang biasa digunakan untuk menyemprot hama, pengawet kayu dan hasil pertanian seperti beras, jagung, kedelai, kopi dan sebagainya. Ada lagi hasil pembakaran industri, kendaraan bermotor, pembakaran hutan yang makin lama makin banyak menghiasi angkasa.

Selain itu jumlah pencemaran gas rumah kaca dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu jenis gas rumah kaca, yakni CO2 emisinya bahkan terus bertambah dari tahun 1990 sebesar 1,34 miliar ton, dan pada tahun 1997 sebesar 1,47 miliar ton. Sumber utama CO2 dari 30 negara maju saja, yang berpenduduk 20 persen dari penduduk dunia menyumbang dua pertiga emisi salah satu gas rumah kaca tersebut.


Apakah memang benar kita sedang menuju era pemanasan golobal?  Apakah benar bumi kita seperti yang di dokumenterkan dalam film Inconvenient Truth oleh Al Gore? 

Kenapa tidak begitu terasa? Analogi menarik dipaparkan film ini. Bila kodok dimasukkan dalam air mendidih, ia akan melompat kembali keluar. Namun, bila kodok dimasukkan dalam air yang normal kemudian perlahan dipanaskan, kodok itu tak akan melompat keluar. Ini sama dengan manusia yang tidak merasa khawatir akan pemanasan Bumi, padahal Bumi terancam.




//mohon perhatian !!! boleh copypaste tapi kalau anda tidak keberatan tolong sertakan linkback ke blog ini//

Artikel Terkait



2 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya ingin bertanya, lalu bagaimana dengan akibat dari gas metana yang walaupun kadarnya hanya sedikit tetapi lebih berbahaya daripada CO2?

Mohon penjelasannya :)

internazionale mengatakan...

yovi avianto@ gas metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya yang cepat.

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijak, komentar tentang agama tidak apa-apa asalkan tidak menyinggung, menghujat, mengejek agama lain.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons